Virus Corona Tak Hanya Ada Di Masjid: Diksi yang Memicu Konflik

Cerita penutupan masjid atau himbauan sholat di rumah, berseliweran di sosial media, terutama Facebook. Demi keselamatan kita bersama, demi menghindari serangan Virus Corona atau Covid-19, kita harus jaga jarak dan hindari kerumunan.
Kenapa cerita tentang masjid yang tayang duluan?
Dalam ajaran islam memang ada tuntunan, boleh sholat di rumah saat ada bahaya. Kata Ustadz Abdul Somad, menghindari bahaya itu lebih utama daripada mengambil manfaat. Jika memang ulamak sudah sepakat, bahwa umat islam harus sholat di rumah, demi menghindari bahaya virus corona, sebaiknya ikut saja. Tidak usah sok berani mati. Kita hidup harus berdasarkan ilmu.
Tetapi, Social/Phisical Distancing untuk menghindari virus corona bukan soal agama islam saja. Kerumunan itu tidak hanya di masjid. Agama tak hanya islam, ibadahnya agama lain juga bersama-sama, itu juga kerumunan. Masjid bukan satu-satunya tempat orang berkumpul. Bahkan di daerah saya, jarang sekali orang melaksanakan sholat jamaah di masjid, sholat jumat saja tidak semua hadir. Dari dulu memang sering disindir-sindir sama penceramah, bahwa di Indonesia itu, masjidnya sepi. Tetapi, begitu ada virus corona, masjid langsung jadi sorotan, aktanya masjid tempat keramaian. Di daerah saya lebih ramai musholla dibanding masjid, kecuali hari jumat saja.
Tema bahasan kita bukan tentang agama islam, tapi tentang Virus Corona atau Covid-19. Sosial media dan televisi banyak menayangkan tentang masjid, menurut saya, ini malah membuat penduduk negeri ini tidak fokus menghadapi Virus Corona. Ceritanya malah jadi sibuk debat, karena memang topik agama itu sensitif.
Sholat jamaah itu, sekitar 10 menit, yang resah takut tertular covid-19 banyak, dibahas siang dan malam di sosial media. Di kendaraan umum itu lama di perjalanan, di pasar juga lama, tak ada aturan jarak pedagang, termasuk pembeli yang antri. Kondisi ini memicu perdebatan.
Mungkin ini soal diksi atau penggunaan kata. Ulamak bicara tempat ibadah, itu memang bidangnya. Tetapi, pejabat bicara larangan ibadah, itu terkesan aneh. Coba perhatikan dua kalimat berikut:
- Semua tempat (Tempat tertentu) yang menjadi tempat orang berkumpul ditutup selama dua minggu demi menghindari penularan Virus Corona
- Masjid ditutup selama dua minggu demi menghindari penularan Virus Corona