Tukar Istri Dengan Saudara

Cerita cinta ini mungkin terasa aneh, tapi mereka menghargai pernikahan. Mungkin ini adalah cerita cinta sedih, bukan cerita cinta romantis, tapi ini adalah pengorbanan, sebuah jiwa besar di balik cerita perselingkuhan.
Cerita Tukar Istri Sah
Cerita ini saya dengar dari seorang nenek tukang pijat. Waktu itu saya masih menderita sakit pembuluh darah dan sering pijat ke beliau. Entah mungkin karena sudah sangat akrab, beliau tiba-tiba bercerita tentang kedua menantunya.
Baca Juga: cerita cinta guru wanita dan murid
Yang saya kagumi alasannya mengajak tukar istri. Katanya demi anak agar tidak diasuh bapak atau ibu tiri. Sudah tahu kan kejamnya ibu tiri. Tidak semua sih. Kalau ditukar, kan diasuh pak de atau buk lek. Masih sama sayangnya. Begitu. Di daerah ini, Pak De atau Pak Lek sama sayangnya seperti orang tua sendiri sama keponakannya. Akan tetapi, ada kisah yang tak terungkap di balik cerita ini. Mungkin rasa sayang terhadap anak mengalahkan cinta birahi terhada istri. Tetapi semudah itukah mengalihkan haluan cinta? Ini tentang pengorbanan.
Salut. Anak tidak tahu apa-apa, yang ia harapkan adalah kasih sayang. Akan tetapi, menurut hukum agama, zina tetaplah dosa besar yang harus dijauhi.
Sekian kisah cinta ini, mungkin aneh menurut pembaca. Salah seorang merasakan cerita cinta romantis bersama selingkuhannya, sedangkan yang lain pastinya sedih dengan pernikahannya yang berakhir dengan cerita cinta sedih. Allah Maha Tahu atas segala rahasia.
Baca juga: Hadiah cinta terindah suami ke 4
Cerita Tradisi Tukar Istri di India
Rupanya cerita tukar istri ini sudah lama ada, bahkan sudah menjadi tradisi. Suku yang memiliki tradisi unik ini adalah suku Drokpa yang hidup di pedalaman India. Ini negerinya para bintang Bollywood. Populasi mereka sudah tidak banyak, yakni sekitar 3000 orang saja. Wah, bagaimana anak-anaknya ya ketika ibunya ditukar oleh bapaknya? Entahlah, tiap suku memiliki karakteristiknya sendiri.
Tradisi tukar istri suku Drokpa, suku yang lahir di daerah pegunungan Himalaya ini, sebenarnya sudah banyak ditentang dan bahkan dilarang oleh banyak agama karena dianggap tidak beradap. Ada juga yang bilang, tradisi ini untuk menghindari roh jahat, tapi banyak yang menyangkal pendapat ini. (Sumber: Travel.Detik.com)
Isu Tradisi Tukar IStri di Yogyakarta
(edited 26 Mei 2020)
Ada sebuah Kampung bernama kampung Congklang di Sleman, Yogyakarta. Warga kampung Congklang ini dikenal radikal dan tertutup, menolak acara-acara adat lokal. Mereka menolak tradisi atau adat dari luar, bahkan pagelaran wayang pun ditolak, begitu kata adik Sri Sultan Hamengkubuwono X. Ini satu-satunya kampung yang menolak budaya lokal tersebut. Asal mula kampungn ini adalah dari seorang pendatang yang membeli tanah di situ, kemudian rekannya pendatang tersebut ikut membeli tanah dan membangun rumah di situ. Hingga akhirnya kampung tersebut menjadi sebuah perkampungan. Kampung ini dikabarkan memiliki keanehan, yakni kebiasaann warganya tukar istri baik dengan tetangga sendiri maupun dengan tamu, demikian info dari intelijen Satpol PP DIY.
Menurut komentar salah seorang warga Yogyakarta sendiri di kaskus, beliau malah tidak tahu keberadaan tradisi tukar istri ini. Bisa jadi, isu ini untuk menyudutkan kaum radikal tersebut karena tidak mau membauru dengan warga lokal. Tahun 2017, kampung tersebut sudah diawasi ketat oleh Kasatpol PP DIY, GBPH Yudaningrat. (sumber:liputan6.com)
Baca juga: kawin sedekah wanita ahli bidah
Tradisi Tukar Istri di Afrika
Tradisi tukar istri di Afrika ini sudah membudaya. Sebenarnya bukan tukar istri secara langsung. Tradisi tidur dengan istri orang lain ini sebenarnya tradisi penghormatan terhadap tamu. Jika seseorang bertamu ke rumah orang lain, maka tuan rumah menyiapkan makanan juga tempat tidur untuk menginap lengkap dengan istri tuan rumah siap melayani sang tamu. Anehnya juga, sang suami akan tidur di halaman hingga pagi. Puas deh tamunya. Sebaliknya nanti, jika sang tuan rumah main balik ke rumah tamunya tadi, dia juga akan diperlakukan seperti itu. Katanya, tradisi ini sudahh jarang dilakukan dengan seringnya penyuluhan penyakit menular akibat tradisi tidak sehat tersebut. (sumber: bangka.tribunnews.com)
Membaca hal ini, seperti kita melihat sebuah benang merah yang telah menjadi prinsip setiiap agama yang dianggap remeh.
Dan sangat picis bila hal ini anak sebagai pencuci segalanya. Kalau memeang alasan dasarnya untuk anak, kenapa tidak bisa menjadi benteng mereka juga ya ? He,,,x9
Salam,
Gedhen kabeh lek menurutku
Ada-ada saja ya. Lucu wkwk
Terima kasih kunjungannya
begitulahh dunia
hubungan yang rumit